Menurut proyeksi penduduk Indonesia 2015-2045 hasil SUPAS 2015, jumlah penduduk Jawa Tengah tahun 2020 sebanyak 34.738.200. Jumlah penduduk laki-laki adalah 17.237.300 dan perempuan Jawa Tengah sebanyak 17.500.900.

Daftar Isi:
Jumlah Penduduk Jawa Tengah Menurut Kabupaten Kota
Apabila dipetakan menurut kabupaten kota berdasarkan data BPS Jawa Tengah, maka hanya bisa ditarik data paling update tahun 2018. Kabupaten kota dengan jumlah penduduk paling banyak di Jawa Tengah yaitu Kabupaten Brebes dengan jumlah penduduk 1.802.289.
Rinciannya yaitu Cilacap 1.719.504, Banyumas 1.679.124, Purbalingga 925.193, Banjarnegara 918.219, Kebumen 1.195.092, Purworejo 716.477, Wonosobo 787.384, Magelang 1.279.625, Boyolali 979.799, Klaten 1.171.411, Sukoharjo 885.205, Wonogiri 957.106, Karanganyar 879.078, Sragen 887.889.

Grobogan 1.371.610, Blora 862.110, Rembang 633.584, Pati 1.253.299, Kudus 861.430, Jepara 1.240.600, Demak 1.151.796, Semarang 1.040.629, Temanggung 765.594, Kendal 964.106, Batang 762.377.
Selanjutnya Pekalongan 891.892, Pemalang 1.299.724, Tegal 1.437.225, Brebes 1.802.829, Magelang 121.872. Lalu Kota Surakarta 517.887, Salatiga 191.571, Semarang 1.786.114, Pekalongan 304.477, Tegal 249.003.
Laju Pertumbuhan Penduduk Jawa Tengah
Jumlah penduduk Jawa Tengah pada tahun 2019 berdasarkan hasil proyeksi penduduk tercatat sebanyak 34.718.204 jiwa. Memperhatikan laju pertumbuhan penduduk per tahun periode 2015-2019 maka Pemerintah Provinsi Jawa Tengah patut berbangga karena laju pertumbuhan penduduk per tahun mengalami penurunan.
Tahun 2015 penduduk Jawa Tengah meningkat 251.478 jiwa dibanding tahun sebelumnya, berikutnya di tahun 2016 pertambahan penduduknya menurun menjadi 244.954 jiwa, dan pada tahun 2019 hanya bertambah 227.369 jiwa. Secara persentase laju pertumbuhan penduduk Jawa Tengah tahun 2015 sebesar 0,75 persen, tahun 2016 sebesar 0,73 persen dan terus menurun hingga tahun 2019 laju pertumbuhan penduduk hanya sebesar 0,66 persen.

Dilihat berdasarkan kabupaten/kota pada periode 2018-2019 terdapat 16 kabupaten/kota yang pertumbuhan penduduknya di atas laju pertumbuhan penduduk provinsi. Mengamati pertumbuhan penduduk di tingkat kabupaten/kota, terlihat Kota Semarang memiliki laju pertumbuhan penduduk tertinggi yaitu sebesar 1,57 persen, diikuti Kabupaten Jepara 1,40 persen, Kota Salatiga 1,31 persen dan Kabupaten Semarang 1,26 persen.
Sementara itu, 19 kabupaten/kota mengalami laju pertumbuhan penduduk di bawah angka provinsi. Kabupaten/kota dengan dengan laju pertumbuhan penduduk terendah yaitu Kota Magelang 0,20 persen, diikuti Kabupaten Pemalang, Kabupaten Tegal dan Kabupaten Kebumen dengan laju pertumbuhan penduduk masing-masing 0,24 persen.
Berdasarkan laju pertumbuhan di Tabel 1.1, perlu menjadi perhatian dari pemerintah bahwa angka pertumbuhan penduduk Jawa Tengah tidak homogen. Hal ini menunjukkan adanya disparitas angka pertumbuhan menurut kabupaten/kota dan kemungkinan adanya perbedaan atau disparitas dalam konteks kebijakan kependudukan.
Angka pertumbuhan penduduk di Jawa tengah relatif lebih rendah dibandingkan tingkat nasional. Angka pertumbuhan yang kecil tidak berarti peningkatan jumlah penduduk yang kecil juga. Secara absolut pertumbuhan penduduk Jawa Tengah lebih besar dibandingkan provinsi lain. Hal ini tidak terlepas dari jumlah penduduk di Jawa Tengah yang memang sudah sangat besar bila dibandingkan provinsi lain terutama provinsi di luar Pulau Jawa.
Bila dilihat komposisi penduduk menurut jenis kelamin, rasio jenis kelamin penduduk Jawa Tengah pada tahun 2019 sebesar 98,32. Angka ini berarti jika pada suatu komunitas terdapat 198 orang, maka akan terdiri dari 100 perempuan dan 98 laki-laki.
Dengan kata lain, jumlah penduduk perempuan di Jawa Tengah lebih banyak daripada jumlah penduduk laki-laki. Kondisi yang sama terjadi pada sebagian besar kabupaten/kota di Jawa Tengah, dimana rasio jenis kelamin kurang dari 100. Hanya terdapat 7 kabupaten/kota yang memiliki rasio jenis kelamin di atas 100, yaitu Kabupaten Wonosobo (102,71), Kabupaten Kendal (102,71), Kabupaten Brebes (100,92), Kabupaten Magelang (100,64), Kabupaten Temanggung (100,42), Kabupaten Cilacap (100,31) dan Kabupaten Banjarnegara (100,29).
Persebaran dan Kepadatan Penduduk Jawa Tengah
Salah satu persoalan yang terkait dengan kependudukan yang masih harus dihadapi oleh Indonesia yaitu masalah ketimpangan distribusi penduduk. Distribusi penduduk yang tidak merata menimbulkan masalah pada kepadatan penduduk dan tekanan penduduk di suatu wilayah.
Ada beberapa wilayah yang mempunyai jumlah penduduk yang sangat besar, di wilayah lain masih ada wilayah yang hanya dihuni oleh jumlah penduduk yang relatif sedikit. Hal ini sangat berpengaruh pada kondisi social ekonomi masyarakat setempat.
Di satu sisi, wilayah dengan jumlah penduduk yang besar akan dihadapkan pada persoalan meningkatnya jumlah pengangguran jika tidak memadainya penyediaan lapangan pekerjaan, permasalahan kebutuhan lahan untuk pemukiman, serta tidak memadainya.

Di sisi lainnya, wilayah dengan jumlah penduduk yang relatif sedikit akan memunculkan persoalan kurangnya optimalisasi sumber daya alam terkait dengan kekurangan tenaga kerja padahal wilayah tersebut memiliki kekayaan sumber daya alam yang melimpah.
Kepadatan penduduk yang dikelompokkan berdasarkan eks-Karesidenan menunjukkan bahwa pada tahun 2019 Karesidenan Semarang memiliki kepadatan penduduk terbesar yaitu mencapai 1.214 jiwa/km2, diikuti Karesidenan Pekalongan 1.208 jiwa/km2 sedangkan Karesidenan Pati memiliki kepadatan penduduk terendah yaitu 864 jiwa/km2.
Karesiden Semarang memiliki kepadatan penduduk tertinggi terutama didukung oleh Kota Semarang dengan kepadatan penduduk 4.853 jiwa/km2 yang merupakan wilayah terpadat kelima di Jawa Tengah dan Kota Salatiga dengan kepadatan 3.384 jiwa/km2 yang merupakan wilayah terpadat keenam di Jawa Tengah.
DATA UPDATE, Jumlah Penduduk Indonesia dan Dunia
Sementara untuk kota dengan penduduk terpadat di Jawa Tengah adalah Kota Surakarta dengan kepadatan penduduk 11.293 jiwa/km2. Kota Surakarta merupakan sentra ekonomi dari daerah di sekitarnya. Para pendatang yang mengais rezeki di Kota Surakarta tersebut pada akhirnya memilih untuk bermukim di kota tersebut sehingga menambah populasi di wilayah yang luasnya hanya 46,01 km2.
Perkembangan kepadatan penduduk selama 2015-2019 menunjukkan angka pertumbuhan yang positif di semua wilayah Jawa Tengah. Apabila diamati per wilayah, perkembangan kepadatan penduduk eks-Semarang memiliki laju paling tinggi yakni 1,08 persen selama periode tersebut.
Hal ini dikarenakan dalam wilayah tersebut ada ibukota Provinsi Jawa Tengah yang tentunya memiliki daya tarik yang kuat dibandingkan daerah lainnya. Kota Semarang sebagai sentra pemerintahan serta sentra bisnis mendorong wilayah sekitarnya untuk turut berperan dalam perekonomian sebagai daerah penyangga Kota Semarang.