‘Secara umum, angka pengangguran jenjang pendidikan diploma dan universitas lebih rendah dibanding tingkat pendidikan lainnya. Ini menunjukkan pendidikan tinggi memberikan peluang kerja dan kemampuan daya saing lebih tinggi dalam mencari dan mendapatkan pekerjaan di Jawa Barat’
BERDASAR data Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Barat, jumlah pengangguran di Jawa Barat sebanyak 1.921 juta orang atau 8,49 persen pada Februari tahun 2017. Jumlah penganggur ini turun dibandingkan tahun sebelumnya yaitu 8,57 persen.
Penduduk yang bekerja di Jawa Barat diperkirakan mencapai 20,722 juta orang. Meningkat 445 ribu orang dibandingkan tahun sebelumnya. Jumlah ini juga menceminkan banyaknya lapangan pekerjaan baru yang tercipta sebagai akibat dari ekspansi perekonomian selama kurun waktu Februari 2016 ke Februari 2017.
Adapun, jumlah penduduk usia kerja (15 tahun keatas) di Jawa Barat pada Februari 2017 diperkirakan sebanyak 35,051 juta orang. Bertambah 629 ribu orang dibandingkan Februari tahun sebelumnya. Dari jumlah tersebut, 22,644 juta di antaranya termasuk angkatan kerja.

Akibatnya, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja pada Februari 2017 menjadi 64,60 persen. Naik dari periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 64,43 persen. Angka ini menunjukkan dari 100 orang berumur 15 tahun ke atas di Jawa Barat, sebanyak 65 orang aktif secara ekonomi.
Angka pengangguran di Jawa Barat 8.49 persen, memang masih jauh di atas rata-rata nasional yaitu 5.33 persen. Bahkan tingkat pengangguran di Jawa Barat berada di ranking dua nasional setelah Kalimantan Timur pada Februari 2017.
Sektor Perdagangan merupakan sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja yaitu sebanyak 5.830 juta orang atau 28,13 persen dari penduduk yang bekerja. Diikuti oleh sektor industri pengolahan yang menyerap sebanyak 4,216 juta orang atau 20,34 persen.

Apabila dikaji per wilayah, tren pengangguran cenderung menurun di pedesaan selama empat tahun terakhir. Sedangkan di perkotaan cenderung meningkat. Menurut BPS, ini diduga karena banyaknya pencari kerja yang terus berdatangan ke daerah perkotaan tetapi belum dapat terserap pasar kerja.
Sementara itu, berdasar lapangan pekerjaan utama pada Februari 2017, penduduk Jawa Barat paling banyak bekerja pada sektor pertanian, perkebunan, dan kehutanan. Di daerah perkotaan, lapangan kerja paling tinggi menyerap tenaga kerja adalah perdagangan dan industri. Sementara di pedesaan, mayoritas penduduk bekerja pada sektor pertanian.

Dari seluruh penduduk yang bekerja, status utama terbanyak adalah buruh, karyawan, dan pegawai yakni 45.59 persen. Mereka yang berusaha sendiri 18.35 persen. Dan berusaha dibantu buruh tidak tetap/tidak dibayar 12.52 persen. Pekerja bebas 12.19 persen. Serta pekerja keluarga/tidak dibayar 7,19 persen. Sedangkan penduduk yang berusaha dibantu buruh tetap hanya 4.16 persen.

Dari segi pendidikan, tenaga kerja di Jawa Barat masih didominasi pekerja lulusan SD ke bawah sebanyak 8.15 juta penduduk. SMP 3,83 juta orang. Sedangkan penduduk berpendidikan tinggi hanya sebanya 2.7 juta orang. Yaitu 0.73 juta orang berpendidikan diploma dan 1.97 orang lulusan universitas.
Dalam setahun terakhir, persentase penduduk bekerja berpendidikan tinggi dan menengah mengalami peningkatan. Sedangkan persentase penduduk pekerja berpendidikan rendah turun.

Secara umum, angka pengangguran jenjang pendidikan diploma dan universitas lebih rendah dibanding tingkat pendidikan lainnya. Ini menunjukkan pendidikan tinggi memberikan peluang kerja dan kemampuan daya saing lebih tinggi dalam mencari dan mendapatkan pekerjaan di Jawa Barat.
Selama tiga tahun terakhir, pengangguran pada jenjang pendidikan SMA Kejuruan adalah paling tinggi. Penyebabnya disinyalir karena miss and match kualifikasi lulusan SMK dengan kebutuhan pasar kerja.(tmt)