Jangan Tampilkan Lagi Ya, Saya Mau!

Jumlah Pengangguran di Jawa Timur

‘Meskipun kontribusi sektor pertanian dalam perekonomian Jawa Timur semakin mengecil, sektor ini masih menyerap tenaga kerja terbanyak (36 persen). Ini menunjukkan produktivitas sektor pertanian sangat rendah. Akibatnya, banyak generasi muda yang tidak mau untuk terjun ke sektor pertanian, memilih sektor lain yang lebih menjanjikan’

MASALAH pengangguran adalah persoalan mendasar dalam suatu pemerintah, baik di pusat hingga daerah. Lantas berapa jumlah pengangguran di Jawa Timur? Berikut ulasan BPS Jawa Timur untuk ukuran Agustus 2016.

Jumlah angkatan kerja di Jawa Timur pada Agustus 2016 turun sekitar 321 ribu orang menjadi 19,95 juta orang dibanding periode yang sama tahun 2015. Dari total angkatan kerja, sebanyak 19,11 juta orang terserap di berbagai sector lapangan pekerjaan, berkurang sebesar 253 ribu orang dibandingkan periode Agustus 2015.

Tentunya hal ini menjadi pekerjaan rumah bagi investasi di Jawa Timur. Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) di Jawa Timur Agustus 2016 tercatat 66,14 persen. Jumlah penganggur pada periode Agustus 2016 sebanyak 839 ribu orang atau berkurang 68 ribu orang dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.

Angka TPT tercatat 4,21 persen, lebih rendah 0,26 poin dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Jumlah pekerja dengan jumlah jam kerja kurang dari 35 jam selama seminggu tercatat 5,6 juta orang.

BACA JUGA!  Perkembangan Industri Pengolahan DKI Jakarta

Dari total itu 28 persen berstatus setengah penganggur (bekerja kurang dari 35 jam dalam seminggu dan masih mencari pekerjaan lain), dan sisanya sekitar 72 persen berstatus pekerja paruh waktu atau part time.

Pada kondisi Agustus 2016 sebanyak 62 persen penduduk yang bekerja terjun di kegiatan informal (11,87 juta orang). Dari total itu, sebanyak 30 persen berstatus usaha berusaha dibantu buruh tidak tetap, dan 22 persen berusaha sendiri.

Komposisi pekerja bebas dan pekerja keluarga/tidak dibayar masing-masing 24 persen. Pada kegiatan formal, status pekerja sebagai buruh/karyawan sangat mendominasi atau sebesar 90 persen, sedangkan yang berstatus berusaha dengan dibantu buruh tetap hanya 10 persen.

Meskipun kontribusi sektor pertanian dalam perekonomian Jawa Timur semakin mengecil, sektor ini masih menyerap tenaga kerja terbanyak (36 persen). Ini menunjukkan produktivitas sektor pertanian sangat rendah. Akibatnya, banyak generasi muda yang tidak mau untuk terjun ke sektor pertanian, memilih sektor lain yang lebih menjanjikan.

BACA JUGA!  Perkembangan Sektor Konstruksi DKI Jakarta

Penyerapan tenaga kerja tertinggi kedua adalah di sektor perdagangan, yang menyerap 21 persen dari total tenaga kerja, diikuti sektor industri pengolahan yang menyerap tenaga kerja 14 persen dari total tenaga kerja.

Kontribusi sektor industri pada perekonomian Jawa Timur yang cukup besar (29 persen) dengan penyerapan tenaga kerja sebesar 14 persen, menunjukkan produktivitas industri pengolahan cukup tinggi.

Cukup menjanjikannya balas jasa di sektor industry juga banyak dimanfaatkan pekerja di sektor pertanian. Pada saat menunggu panen, tidak sedikit petani yang alih profesi menjadi buruh pabrik.

Tenaga kerja Jawa Timur dilihat dari jenjang pendidikan yang ditamatkan, terbanyak lulusan SD ke bawah atau sebesar 46 persen. Di era masyarakat ekonomi Asia (MEA), kebutuhan tenaga kerja dengan sdm yang tinggi sangat dibutuhkan.

BACA JUGA!  Jumlah Penduduk Miskin Jawa Barat Menurut Kabupaten Kota 2017

Dengan kenyataan bahwa sdm tenaga kerja Jawa Timur masih didominasi tamatan pendidikan rendah, dikhawatirkan kalah bersaing dalam perekonomian ke depan. Maka perlu upaya kongkrit Pemerintah untuk meningkatkan SDM local agar bisa bersaing dengan tenaga kerja asing, dengan menyelenggarakan berbagai diklat atau program kerja berkompetensi.(tmt)

SUMBER: BPS Jawa Timur

Share:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *