Sektor perdagangan menjadi salah satu unggulan di Kota Bandung. Peluang bisnis di Kota Bandung untuk sektor perdagangan menurut BPS, sangatlah potensial. Bila Anda membidik peluang bisnis di sektor ini, Anda wajib membaca ulasan data BPS Kota Bandung ini.
Berdasarkan hasil listing Sensus Ekonomi 2016 di Kota Bandung terdapat 143.416 unit usaha di kategori perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor. Mencakup 41,70 persen dari seluruh unit usaha di Kota Bandung.
Hal itu sejalan dengan struktur ekonomi Kota Bandung di mana kategori perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor ini merupakan kategori yang mendominasi usaha di Kota Bandung.
Usaha tersebut terdiri dari 139.787 unit usaha mikro kecil (UMK) dan 3.629 unit usaha menengah besar (UMB). Atau dengan kata lain Usaha Mikro Kecil mendominasi kategori ini, yaitu mencapai 97,47 persen dari seluruh total usaha perdagangan. Sementara 2,53 persen sisanya merupakan skala Usaha Menengah Besar.
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, kategori perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor terbagi menjadi 3 golongan pokok. Yaitu pertama perdagangan reparasi dan perawatan mobil dan sepeda motor. Kedua perdagangan besar bukan mobil dan sepeda motor. Dan ketiga perdagangan eceran bukan mobil dan motor.
Berdasarkan golongan pokoknya, Sensus Ekonomi 2016 mencatat bahwa di Kota Bandung terdapat 7.039 unit usaha di golongan pokok perdagangan, reparasi dan perawatan mobil dan sepeda motor dan 7.154 unit usaha perdagangan besar bukan mobil dan sepeda motor.
Sedangkan golongan pokok perdagangan eceran, bukan mobil dan motor merupakan golongan pokok dengan jumlah usaha terbanyak yaitu sebesar 129.223 unit usaha.

Untuk golongan pokok perdagangan, reparasi dan perawatan mobil dan sepeda motor terdiri dari 6.729 unit usaha mikro kecil dan 310 unit usaha menengah besar. Untuk golongan pokok perdagangan besar bukan mobil dan sepeda motor, terdiri dari 6.171 unit usaha mikro kecil dan 983 unit usaha menengah besar.
Untuk golongan pokok perdagangan eceran bukan mobil dan motor terdiri dari 126.887 unit usaha mikro kecil dan 2.336 unit usaha menengah besar. Golongan pokok perdagangan, reparasi dan perawatan mobil dan sepeda motor mencapai 4,91 persen dari seluruh unit usaha pada kategori perdagangan.
Golongan pokok ini meliputi golongan pokok perdagangan mobil, reparasi dan perawatan mobil, perdagangan suku cadang dan aksesoris mobil, dan sub golongan pokok perdagangan, reparasi dan perawatan sepeda motor dan perdagangan suku cadang dan aksesorisnya.
Meskipun jumlah unit usahanya tidak lebih dari 5 persen dari seluruh unit usaha dalam kategori perdagangan, namun golongan pokok ini tetap merupakan golongan pokok yang potensial di Kota Bandung.
Hal tersebut dapat ditunjukkan dari data potensi kendaraan yang ada di Kota Bandung. Pada tahun 2016 di Kota Bandung tercatat 465.618 unit kendaraan roda 4 dan 1.251.080 unit kendaraan roda 2.
Dengan demikian di Kota Bandung terdapat 1.716.698 unit kendaraan pada tahun 2016. Jika dibandingkan dengan keadaan 2015 maka mengalami peningkatan jumlah kendaraan sebesar 8,43 persen pada tahun 2016. Keberadaan kendaraan tadi tentunya akan meningkatkan permintaan kebutuhan akan suku cadang dan perawatan kendaraan.
Dengan demikian kondisi ini akan berpengaruh terhadap jumlah usaha untuk golongan pokok ini.

Golongan pokok perdagangan besar, bukan mobil dan sepeda motor mencakup 4,99 persen dari seluruh unit usaha pada kategori perdagangan. Golongan pokok ini mencakup golongan pokok perdagangan besar atas dasar balas jasa (fee) atau kontrak. Perdagangan besar hasil pertanian dan hewan hidup.
Perdagangan besar makanan, minuman dan tembakau. Perdagangan besar barang keperluan rumah tangga. Perdagangan besar mesin, peralatan dan perlengkapannya. Dan perdagangan besar khusus lainnya.
Kota Bandung tercatat memiliki 3 tempat perkulakan dan 29 unit pusat penjualan untuk menunjang kegiatan perdagangan besar bukan motor dan sepeda motor. Pada tahun 2016, produk tekstil merupakan komoditi utama ekspor Kota Bandung.
Nilai realisasi ekspor produk tekstil mencapai $ 238.650.294,15. Pakaian jadi juga merupakan salah satu komoditi utama dalam ekspor Kota Bandung.
Nilai ekspor pakaian jadi tahun 2016 mencapai $200.806.592,33. Secara keseluruhan ekspor nonmigas di Kota Bandung tahun 2016 mencapai $ 609.189.816,50.
BACA JUGA: Lowongan Kerja di Bandung Tahun 2018
Golongan pokok perdagangan eceran, bukan mobil dan motor merupakan golongan pokok dengan unit usaha terbanyak. Jumlah usaha pada golongan pokok ini mencapai 90,10 persen dari unit usaha pada kategori perdagangan.
Usaha mikro kecil yang bergerak di bidang perdagangan eceran, bukan mobil dan motor adalah usaha yang sangat mendominasi kategori perdagangan di Kota Bandung.
Jumlah usaha mikro kecil pada golongan pokok ini mencakup 88,47 persen dari seluruh usaha pada kategori perdagangan besar eceran; reparasi mobil dan sepeda motor di Kota Bandung. Sementara sisanya 1,63 persen merupakan usaha menengah besar.
Perkembangan perdagangan eceran tidak lepas dari besarnya penduduk Kota Bandung yang berjumlah 2.490.622 orang. Jumlah penduduk yang besar mengakibatkan semakin besar pula kebutuhan yang harus terpenuhi di daerah tempat tinggalnya.
Berdasarkan data Survei Ekonomi Nasional (SUSENAS 2016), sebagian besar pengeluaran rumah tangga masih untuk keperluan makanan, yaitu berkisar antara 54,70 persen hingga 60,55 persen dari jumlah seluruh pengeluaran rumah tangga.
Pengeluaran untuk makanan sebagian besar diperuntukkan untuk memenuhi makanan kelompok padi-padian, seperti beras dan terigu, yaitu sebesar 11,67 persen hingga 16,09 persen dari seluruh pengeluaran untuk makanan.
Tetapi fenomena yang berbeda ditunjukkan di masyarakat yang berada di kelompok pengeluaran tertinggi. Masyarakat di kelompok ini hanya mengeluarkan 35,97 persen dari total pengeluaran rumah tangganya untuk memenuhi keperluan makanan.
Demikian pula untuk pembelian makanan kelompok padi-padian hanya sebesar 7,36 persen dari pengeluaran makanannya. Di sisi lain, pengeluaran rumah tangga untuk keperluan non makanan berkisar antara 39,45 sampai dengan 45,30 persen.
Untuk penduduk yang berada pada kelompok pengeluaran tertinggi, pengeluaran rumah tangga untuk keperluan non makanan lebih besar daripada pengeluaran untuk pengeluaran makanan, yaitu 64,03 persen dari total pengeluaran rumah tangga.
Pengeluaran non makanan didominasi oleh pengeluaran untuk keperluan dan fasilitas rumah tangga, seperti pengeluaran untuk listrik, air, dan gas. Pengeluaran rumah tangga baik untuk makanan dan non makanan tentunya mempengaruhi perkembangan unit usaha sektor perdagangan.
Termasuk dalam golongan pokok Perdagangan eceran, bukan mobil dan motor adalah golongan pokok perdagangan eceran khusus peralatan informasi dan komunikasi di toko. Kebutuhan akan alat informasi dan komunikasi bagi masyarakat Kota Bandung cukup tinggi.
Dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS 2016), penduduk usia 5 tahun ke atas yang menggunakan handphone di Kota Bandung mencapai 94,08 persen. Sedangkan rumah tangga pemilik laptop di Kota Bandung terhitung sebesar 38,31 persen dari seluruh rumah tangga di Kota Bandung.
Hal ini sejalan dengan konsep Kota Bandung sebagai smart city, yaitu kota yang berbasis pada teknologi dalam menjalankan layanan pemerintahan. Perkembangan teknologi ini turut pula meningkatkan sektor perdagangan, khususnya perdagangan alat informasi dan komunikasi.
BACA JUGA: Cara Komplain Konsumen Belanja Online
Perkembangan sektor perdagangan di Kota Bandung, tidak lepas dari sarana perdagangan yang ada di Kota Bandung. Dari data Dinas Perindustrian dan Perdagangan tercatat terdapat 40 lokasi pasar tradisional dengan 27.299 ruang dagang di Kota Bandung pada tahun 2016.
Untuk perdagangan retail modern terdapat 566 unit minimarket dan 19 departement store di seluruh Kota Bandung. Untuk mendorong perdangangan di pasar tradisonal Pemerintah Kota Bandung merencanakan untuk merevitalisasi sembilan pasar tradisional menjadi pasar tematik yang modern dan kreatif.
Jumlah tenaga kerja pada kategori ini, berdasarkan hasil Sensus Ekonomi 2016 adalah sebesar 310.072 orang atau mencakup 30,41 persen dari seluruh jumlah tenaga kerja di Kota Bandung.
Dengan demikian kategori perdagangan besar eceran; reparasi mobil dan sepeda motor adalah kategori dengan jumlah unit usaha terbanyak dan menyerap tenaga besar terbesar di Kota Bandung.
Sumber: BPS Kota Bandung