‘Konsumsi masyarakat ibukota sebagian besar adalah barang-barang non makanan, di antaranya transportasi dan perumahan. Hal ini sejalan dengan karakteristik masyarakat perkotaan. Pada semester pertama 2017, konsumsi rumah tangga menyumbangkan 59,34 persen dari seluruh perekonomian Jakarta’
SEPANJANG tahun 2011-2016 pertumbuhan ekonomi tahunan menunjukkan tren melambat, namun tetap tumbuh positif di atas angka pertumbuhan nasional. Perlambatan ini terutama dipengaruhi perekonomian global yang masih belum stabil termasuk perlambatan ekonomi Tiongkok dan Eropa. Lantas bagaimana pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta tahun 2017?
Pada semester pertama 2017, terjadi sedikit percepatan di mana ekonomi Jakarta berhasil tumbuh 5,96 persen. Pada tahun 2016, kontribusinya terhadap PDB nasional sebesar 17,55 persen.
Kontribusi yang cukup besar ini menjadikan perekonomian Jakarta sebagai motor perekonomian nasional. Struktur ekonomi Jakarta sangat didominasi oleh kelompok sektor tersier (non-tradable).

Pada semester pertama 2017, peranan sektor tersier mencapai 73,08 persen, jauh menguasai sector primer dan sekunder. Hal mi mengindikasikan bahwa pertumbuhan ekonomi Jakarta didominasi oleh peranan sektor non-tradable tersebut.
Dan sisi produksi (supply), penyusunan PDRB dilakukan berdasarkan faktor produksi menurut sektor lapangan usaha. Pada semester pertama 2017, penyumbang terbesar pertumbuhan ekonomi adalah sektor perdagangan besar & eceran, serta reparasi mobit & motor (kategori G) mencapai 16,64 persen dan total produk Jakarta.
Hal ini sejalan dengan hasil kegiatan listing Sensus Ekonomi 2016 di mana unit usaha terbesar di Provirisi DKI Jakarta adalah sector perdagangan. Kontributor terbesar berikutnya adalah sektor industri pengolahan (13,59 persen), konstruksi (12,64 persen), dan jasa keuangan (10,66 persen).
Dan sisi konsumsi (demand), kontribusi perekonomian DKI Jakarta didominasi oleh komponen konsumsi rumah tangga dan komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB).

Konsumsi masyarakat ibukota sebagian besar adalah barang-barang non makanan, di antaranya transportasi dan perumahan. Hal ini sejalan dengan karakteristik masyarakat perkotaan. Pada semester pertama 2017, konsumsi rumah tangga menyumbangkan 59,34 persen dari seluruh perekonomian Jakarta.
Berikutnya adalah komponen Pembentukan modal tetap bruto (PMTB) yang mampu menyumbang sebesar 38,28 persen. PMTB ini merupakan investasi para pelaku ekonomi di ibukota. Sedikit mengalami penurunan namun tetap menjadi komponen ekonomi yang dominan dan sisi pengeluaran.
Ekonomi Jakarta mampu tumbuh sebesar 6,20 persen dengan nilai produk sebesar Rp 1.164,89 triliun sepanjang semester 1-201 7. Sumber pertumbuhan terbesar dad laju tersebut adalah sektor informasi dan komunikasi dan sekaligus menjadi sektor dengan laju pertumbuhan paling tinggi.

Hal ini sejalan dengan makin berkembangnya Information Technology (IT) berbasis internet yang digunakan oleh berbagai pelaku ekonomi selaku produsen dan konsumen. Era globalisasi yang modern dan canggih menjadikan teknologi merambah di hampir setiap sisi kehidupan masyarakat.
Total PDRB atas dasar harga berlaku (adhb) tahun 2016 mencapai Rp 2.17712 triliun. Dengan total penduduk sebesar 10.277.628 jiwa, PDRB per kapita DKI Jakarta mencapai Rp 211,83 juta.
Angka yang cukup besar untuk mengindikasikan majunya perekonomian suatu wilayah. Demikian halnya untuk PDRB atas dasar harga konstan (adhk) yang merupakan indikator produktifitas, produk tahun 2016 lebih tinggi dibandingkan 2015 yaitu sebesar Rp 1.539,38 triliun atau tumbuh sebesar 585 persen.
Pulau Jawa menjadi pusat kegiatan ekonomi di Indonesia yang memberikan kontribusi sekitar 57 persen dan perekonomian Nasional. Dengan luas 139.000 km2 atau sekitar 7 persen dan luas daratan Indonesia, Pulau Jawa didiami oleh sekitar 60 persen penduduk Indonesia dan menjadi pulau terpadat di Indonesia.
Tanah yang subur dan ditambah dengan infrastruktur yang relatif Iebih Iengkap dan pulau lain di Indonesia membuat investor masih lebih menyukai menanamkan modal di Pulau Jawa. Sebagai konsekuensinya, secara ekonomi, 58,02 persen nilai tambah yang tercipta di Indonesia disumbang oleh provinsi di Jawa. Kontribusi terbesar diberikan DKI Jakarta (17,02 persen) diikuti oleh jawa timur (1 4,50 persen) dan Jawa Barat (13,09 persen).
Pertumbuhan ekonomi nasional pada tahun 2015 tercatat sebesar 4,79 persen, melambat dibandingkan pertumbuhan tahun sebelumnya yang mencapai 5,02 persen. Perlambatan pertumbuhan ekonomi nasional tersebut berasal dan kelompok sektor primer yaitu pertanian dan pertambangan.

Pada periode yang sama, seluruh provinsi di Pulau Jawa mencapai pertumbuhan ekonomi di atas pertumbuhan Nasional. Pertumbuhan ekonomi tertinggi di wilayah Jawa dicapai oleh Provinsi DKI Jakarta yaltu sebesar 5,80 persen, diikuti Jawa Timur dan Banten masing-masing sebesar 5,44 persen dan 5,37 persen.
Hal ini terjadi karena perekonomian provinsi-provinsi di Pulau Jawa didominasi sektor selain kelompok sektor primer sehingga pertumbuhan ekonominya mampu berada di atas pertumbuhan ekonomi nasional.
Terdapat lima provinsi dan enam provinsi di Pulau Jawa yang perkonomiannya didominasi oleh sektor industri pengolahan. Provinsi Jawa Barat menjadi provinsi dengan kekuatan sector industri pengolahan terbesar. Di mana 43 persen ekonominya ditopang sektor tersebut.
Sementara perekonomian Provinsi DKI Jakarta, sebagai provinsi dengan kekuatan ekonomi terbesar di Indonesia (menyumbangkan 17,01 persen dan total PDB nasional), bertumpu pada sektor perdagangan dengan kontribusi sebesar 17 persen dan total PDRB DKI Jakarta.
SUMBER: BPS DKI JAKARTA