Jangan Tampilkan Lagi Ya, Saya Mau!

Soal Jawaban Pesona Masjid Agung Banten di TVRI 27 April 2020

Soal jawaban Pesona Masjid Agung Banten yang tayang di TVRI 27 April 2020, bisa sobat baca di sini. Bagaimana kondisi masyarakat Banten sebelum masuk Islam? Seperti apa akulturasi budaya di masjid Agung Banten dengan tumpak tiang berbentuk labu?

Belajar di Rumah sudah memasuki minggu ketiga pada Senin 27 April 2020 hari ini. Program ini adalah hasil kerja sama Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dengan Televisi Republik Indonesia (TVRI).

Berbagai tayangan pendidikan oleh Kemendikbud melalui TVRI, tentu menjadi alternatif bagi para siswa, guru, maupun orang tua, untuk tetap belajar di rumah saat pandemi Covid-19 saat ini.

Program ini akan berjalan selama tiga bulan sampai Juli 2020. Hanya saja, tidak bersifat wajib dan merupakan alternatif pembelajaran dari rumah. Walaupun begitu, para siswa sebaiknya harus menonton.

Karena guru dan orangtua bisa saja memberikan tugas atau soal berdasarkan meteri pelajaran yang tayang di TVRI.

Nah khusus bagi para siswa SMP dan sederajat, pada Senin 27 April pukul 09:30 hingga 10:00, akan mendapat jadwal pelajaran mengenai sejarah dan budaya. Yaitu mengenai Pesona Masjid Agung Banten.

 Pesona Masjid Agung Banten yang tayang di TVRI pada Senin 27 April 2020
Pesona Masjid Agung Banten yang tayang di TVRI pada Senin 27 April 2020

Tujuan dari materi ini adalah untuk meningkatkan kompetensi literasi siswa SMP. Sehingga bisa mengenali informasi yang akurat dan berdasar fakta.

Lantas apa yang menjadi ringkasan materi serta soal dan jawaban dari tayangan Pesona Masjid Agung Banten di TVRI Senin 27 April 2020?

Rangkuman Materi Masjid Agung Banten

Islam dibawa oleh para wali ke Nusantara dengan nilai-nilai kedamaian dan kasih sayang. Pelaksanaannya pun tidak lepas dari budaya lokal yang ada. Itu sebabnya banyak masjid di Indonesia yang dipengaruhi oleh budaya lokal.

Salah satu masjid yang memiliki gambaran budaya lokal adalah Masjid Agung Banten. Masjid ini adalah salah satu masjid tertua di Indonesia yang penuh dengan nilai sejarah.

Banyak peziarah mengunjungi masjid ini setiap hari. Tidak hanya dari Banten dan Jawa Barat, tetapi juga dari berbagai daerah di Pulau Jawa dna luar Jawa. Yang khas dari masjid ini, yakni menaranya yang sangat mirip dengan bentuk sebuah bangunan mercusuar.

Atap bangunan utamanya bertumpuk lima, seperti pagoda Tiongkok yang juga adalah karya arsitek Tionghoa bernama Tjek Ban Tjut. Dua buah serambi yang dibangun kemudian menjadi pelengkap di sisi utara dan selatan bangunan utama.

Masjid ini memiliki paviliun tambahan yang terletak di sisi selatan bangunan inti Masjid ini. Paviliun dua lantai ini dinamakan Tiyamah. Berbentuk persegi panjang dengan gaya arsitektur Belanda kuno, bangunan ini dirancang oleh seorang arsitek Belanda bernama Hendick Lucasz Cardeel.

Menara yang menjadi ciri khas Masjid Banten terletak di sebelah timur masjid. Menara ini terbuat dari batu bata dengan ketinggian kurang lebih 24 meter, diameter bagian bawahnya kurang lebih 10 meter.

Untuk mencapai ujung menara, sobat harus menapaki 83 buah anak tangga. Lalu harus melewati lorong yang hanya dapat dilewati oleh satu orang saja.

Pemandangan di sekitar masjid dan perairan lepas pantai dapat terlihat di atas menara, karena jarak antara menara dengan laut yang hanya sekitar 1,5 km.

Masjid Agung Banten pada tahun 1880-an (Wikimedia Commons)
Masjid Agung Banten pada tahun 1880-an (Wikimedia Commons)

Masjid ini dibangun pertama pada 1556 oleh sultan pertama dari Kesultanan Banten, yaitu Sultan Maulana Hasanuddin (1552-1570). Ia adalah putra pertama dari Sunan Gunung Jati.

Letak Masjid Agung Banten yaitu berada di Desa Banten Lama. Tepatnya di desa Banten, sekitar 10 km sebelah utara Kota Serang. Untuk menuju lokasi masjid, boleh dikata cukup mudah. Peziarah bisa menggunakan kendaraan pribadi atau kendaraan umum.

Di area masjid ini, terdapat kompleks pemakaman sultan-sultan Banten beserta keluarganya. Yakni makam Sultan Maulana Hasanuddin dan istrinya, Sultan Ageng Tirtayasa, dan Sultan Abu Nasir Abdul Qohhar.

Soal Jawaban Pesona Masjid Agung Banten

  1. Jelaskan kondisi masyarakat Banten sebelum masuknya Islam ke daerah tersebut!

Jawaban: Kondisi masyarakat Banten sebelum Islam masuk adalah masih hidup dalam kebiasaan hidup prasejarah. Pada abad-abad permulaan masehi ketika agama Hindu berkembang di Indonesia, kehidupa prasejarah masyarakat Banten mulai terpengaruh agama Hindu.

Hal ini dapat diketahu dari berbagai peninggalan purbakala seperti prasasti arca-arca yang bersifat hinduistik dan banguan keagamaan lainnya. Pada saat itu, tak sedikit masyarakat Banten yang menganut agama Hindu.

  1. Apakah makna dari tumpak tiang masjid Banten yang berbentuk labu?

Jawaban: Tumpak tiang masjid Banten yang berbentuk labu tersebut memaknakan kehidupan pertanian masyarakat. Karena Banten saat itu terkenal makmur, gemah rimpah loh jinawi.

Pada masa kepemimpinan Maulana Yusuf, Banten bahkan terkenal dengan persawahannya yang luas hingga mencapai batas sungai Citarum.

Keberadaan Danau Tasikardi di sekitar masjid bagian belakang masjid lebih kurang 100 meter dari masjid, adalah bukti lain yang menguatkan pendapat ini.

  1. Bagaimana bentuk akulturasi budaya yang terlihat dari bangunan Masjid Agung Banten?

Jawaban: Bentuk akulturasi budaya tergambar dalam bangunan Masjid Agung Banten adalah percampuran sejumlah budaya daerah dan asing. Pada arsitektur tersebut, terdapat perpaduan akulturasi budaya Jawa, Cina, dan Belanda.

Merujuk pada sejarah, Masjid Agung Banten dibuat oleh tiga arsitek. Yakni Raden Sepat, arsitek asal Indonesia yang juga merancang Masjid Agung Demak; Cek Ban Su, arsitek asal Tiongkok yang bertugas membangun atap; dan Hendick Lucaz Cardeel, arsitek asal Belanda yang membangun menara dan Tamiyah, ruang bermusyawarah.

Demikianlah soal serta jawaban Pesona Masjid Agung Banten yang tayang di TVRI pada Senin 27 April 2020. Semoga bisa menggambarkan kondisi masyarakat sebelum Islam masuk serta akulturasi budaya tumpak tiang berbentuk labu di masjid Agung Banten.

Share:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *